Childfree : Hilangnya Fungsi Keluarga

Konten [Tampil]

Childfree

Istilah childfree akhir-akhir ini semakin ramai diperbincangkan baik di media sosial maupun juga menjadi bahan diskusi di tv-tv mainstream. Hal ini terjadi sejak influencer dan youtuber Gita Savitri Devi mengunggah story di Instagram yang menjelaskan keputusannya dan suami untuk childfree.

Ternyata, bukan hanya youtuber Gita Savitri Devi, seorang aktris, Cinta Laura Kiehl juga mengeluarkan pengakuan yang mengejutkan bahwa dirinya tidak ingin memiliki anak, Ia merasa populasi manusia di dunia sudah terlalu banyak sehingga enggan untuk mempunyai anak.

1. Apa Itu Childfree ?

Dikutip dari Wikipedia, Childfree adalah sebuah keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat. Penggunaan istilah childfree muncul di akhir abad ke-20.

2. Apa Faktor Penyebabnya ?

Penulis buku 'Childfree & Happy', Victoria Tunggono atau akrab dipanggil Tori, seperti dikutip dari news.detik.com, menurut Victoria ada 5 alasan pokok mereka mengambil sikap untuk Childfree. Yaitu isu fisik (sakit turunan), psikologis (kesiapan/masalah mental), ekonomi, lingkungan hidup (dunia sudah terlalu padat), dan alasan personal. 

Alasan Childfree

  • Isu Fisik

Fisik tidak mampu, misalkan dia punya penyakit turunan atau dia secara fisik tidak bisa punya anak. Karena fisik diri sendiri atau fisik pasangan.

  • Kondisi Psikologis

Kondisi psikologis misalnya pasangannya secara mental belum siap memiliki anak. Daripada ribet atau jadi toxic, lebih baik memilih untuk childfree. Menurut Victoria, kalau mau menjadi orang tua itu tidak hanya siap dalam hal materi dan fisik saja, tetapi juga harus ada kesiapan mental dari seorang yang ingin atau yang sudah menjadi orang tua untuk bagaimana melayani anaknya kelak

  • Ekonomi

Bicara ekonomi berarti bicara keuangan dan kebutuhan hidup. Semakin banyak tanggungan dalam keluarga, maka dapat dipastikan kebutuhan ekonomi akan semakin meningkat.

  • Faktor Lingkungan

Ada yang beralasan ketika seseorang memilih untuk childfree, yaitu mereka tidak mau menambah kerusakan alam dengan menambah jiwa lagi. Pengakuan ini juga yang diutarakan oleh Cinta Laura, menurutnya dunia kita sangat over populasi. Terlalu banyak manusia yang tinggal di dunia ini

  • Alasan Personal

Alasan terakhir adalah alasan personal atau kesepakatan kedua pasangan untuk tidak memiliki anak.

3. Bagaimana Sosiologi Memandang Childfree ?

Keluarga menjadi salah satu bahan objek kajian sosiologi. Keluarga sendiri adalah sekelompok kumpulan individu orang yang mempunyai ikatan khusus berupa pernikahan, kelahiran, dan adopsi dengan tujuan untuk menciptakan, menjaga budaya dan mengatur perkembangan fisik, mental, sosial, serta emosional dari masing-masing anggota keluarga

Fungsi Keluarga

Sebagai unit terkecil dari masyarakat, keluarga memiliki fungsi :

  • Biologis

Fungsi biologis dalam keluarga dimaksudkan bahwa setiap keluarga merupakan suatu sarana untuk menyalurkan hasrat seksual seseorang kepada lawan jenis dalam lingkup yang telah dilindungi oleh suatu hukum yang bertujuan untuk memperoleh keturunan berupa seorang anak

  • Pendidikan

Fungsi pendidikan dalam keluarga adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk kepribadiannya. Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi utama dari kepribadiannya, tingkah lakunya, budi pekertinya, sikapnya, dan reaksi emosionalnya.

  • Ekonomi

Keluarga merupakan suatu sarana yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan anggota di dalamnya, dimana ada salah satu orang atau lebih yang menjalankan pekerjaan demi mendapatkan imbalan berupa uang

  • Agama

Pada masa lampau selain orang tua sebagai guru dalam pendidikan anaknya setiap orang tua juga merangkap sebagai pendeta. Orang tua tempat mengaji dan membacakan kitab suci dalam membentuk kepercayaan anak-anak mereka

  • Sosial

Keluarga diangap masyarakat yang paling primair. Fakta-fakta sosial selalu dapat diterangkan lewat keluarga. Keluarga mengintrodusir anak kedalam masyarakat luas dan membawanya kepada kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kendisi masyarakat sekitar

  • Proteksi

Perkembangan anak memerlukan rasa aman, kasih sayang, simpati dari orang lain. Keluarga tempat mengadu, mengakui kesalahan-kesalahan, serta tempat mencurahkan segala problema dalam hidup yang dijalankannya

  • Budaya

Fungsi terkhir dari keluarga adanya mendorong untuk menciptakan serta mewarikan sifat kebudayaan yang dimiliki oleh anggota keluarga


Bagi pasangan yang memilih untuk childfree, maka fungsi-fungsi keluarga di atas akan hilang. Fungsi biologis yang peran utamanya untuk melanjutkan generasi secara otomatis tidak akan terwujud. Proses sosialisasi dalam pendidikan keluarga pun tidak akan terjadi. Begitu juga fungsi agama, bagi pasangan yang memilih childfree, tentu tidak akan melakukan transfer ilmu agama kepada anaknya.

Fungsi sosial tidak akan pernah terjadi, karena pasangan childfree tidak perlu repot-repot menjelaskan kepada anak-anaknya tentang fakta-fakta yang sering terjadi di masyarakat luas. Begitu pun dengan fungsi proteksi dan budaya, pasangan yang childfree akan hilang peranan untuk memberikan kasih sayang kepada anaknya, pun warisa kebudayaan akan terhenti pada mereka sendiri.

Kesimpulannya, childfree merupakan sebuah pilihan bagi mereka yang memilih childfree. Mereka sudah siap dengan segala resiko dan konsekuensinya. Kita hanya perlu menghormati apa yang menjadi keputusannya.

24 komentar:

  1. Ternyata childfree se krusial itu ya dalam tatanan sosiologi. Hilangnya peran dan fungsi2 itu sebetulnya eman2 (bhs jawa). Tapi balik lagi, pasti mereka punya pertimbangan dan keadaan sendiri yg bikin mereka spt itu wallahua'lam.

    BalasHapus
  2. wah, isu ini ternyata cukup sensitif ya pak..
    tetapi semua berhak memilih. yang wajib adalah saling menghormati pilihan oranglain

    BalasHapus
  3. Nah iya ya pak, kalau ditinjau dari segi sosiologi justru makin banyak efek domino yang ditimbulkan dari pemikiran tentang paham childfree ini. Semoga anak cucu kita tidak sampai pada paham penganut childfree, karena sangat bertentangan dengan Islam.

    BalasHapus
  4. Memang benar childfree adalah pilihan yang harus dihormati, namun muncul pemikiran bahwa keputusan childfree yang diambil seorang public figure, apakah tidak berdampak pada penggemarnya? Karena banyak kejadian apa yang dilakukan oleh seorang idola, ditiru mentah-mentah oleh fans-nya. Mungkin saja sang idol sudah mempertinbangkan dengan matang, tapi belum tentu dengan yang ikut-ikutan.

    BalasHapus
  5. Pilihan topik yang tepat. Pembahasannya juga menarik dan mudah dipahami. Saya pribadi tidak setuju dengan paham childfree ini. Sebagai pasangan suami istri, tidak semestinya berpikir egois...

    BalasHapus
  6. Kalau memang belajar islam secara menyeluruh mungkin gak akan ada childfree. Keluarga itu kan terdiri dari ayah, ibu, anak, dan kakek nenek yang tinggal di dalamnya :(

    BalasHapus
  7. Sudut pandang sosiologi tentang childfree ini menarik pak.. Aku pun tak sepaham dg penganut childfree,,tulisan seperti ini mengedukasi tanpa menggurui..bagus pak..
    Setiap orang akan dimintai bertanggung jawab atas pilihannya..

    BalasHapus
  8. Sudut pandang sosiologi tentang childfree menarik pak..
    Tulisan ini mengedukasi tanpa memggurui..bagus pak..

    BalasHapus
  9. Kadang merasa heran dengan orang yang memilih untuk tidak memiliki anak. Tapi itu adalah pilihan mereka juga ya, seperti faktor" yg mempengaruhi tadi
    .
    Padahal anak itu adalah suatu rejeki juga lho yaa :'(

    BalasHapus
  10. Hiks aku baru tau pak kalau ada beberapa orang yang memilih childfree, di sisi lain banyak yang lagi berjuang untuk mendapatkan anak. Tp apapaun itu kita tidak bisa menyudutkan merea, mereka pasti memiliki alasan. Mksh pak artikelnya menarik.

    BalasHapus
  11. Mantap, artikelnya asyik, Pak Hamdan. Tapi memang isu childfree ini baru 'panas' akhir-akhir ini ya Pak. :((

    BalasHapus
  12. masya allah keren pak guru mengangkat isu kekinian dari sudut pandnag keilmuan ini kece abis deh.
    ulasannay singkat padat dan jelas.

    iya sih itu pilihan ya , menyimah 5 alasan di atas tampaknya tak mudah juga mengambil pilihan childfree apalagi untuk sbeuah rumah tangga kan ya

    BalasHapus
  13. Negara-negara maju, penduduknya banyak yang memilih childfree dalam kehidupan rumah tangganya, dampaknya penurunan populasi menurun secara perlahan namun pasti, yang pada akhirnya pemerintahannya sendiri mengkhawatirkan akan terjadinya depopulasi

    BalasHapus
  14. Baru tahu sumber menggaungnya childfree ternyata gita safitri, cinta laura juga, waaah penonton kecewa deh ..

    BalasHapus
  15. Childfree lagi marak ya pak, fungsi keluarga yang hilang, padahal anak-anak penghiburku banget hihi

    BalasHapus
  16. saya setuju dengan penyampian Pak Hamdan yang membawa banyak perspektif agar para netizen yang ingin mengambil sikap menjadi lebih bijak. Saling menghormati memang solusi terakhir paling mudah ya pak, karena untung rugi toh mereka yang menerima, :)

    BalasHapus
  17. Childfree, masih sensitif ya.. Mau nulis ini belum jadi juga wkwk. Padahal kalau ditijau dasri segi agama sangat bertolak belakang.

    BalasHapus
  18. Saat ini ketika ilmu untuk mendidik anak semakin terbuka luas, malah menjadikan generasi zaman now (tidak semua) memilih childfree, bayangkan orang tua kita zaman dulu, bekal ga ada, ekonomi tidak semudah mencari uang seperti saat ini, but they have truth

    BalasHapus
  19. Sampai detik ini suka nangis batin setiap kali dengar/baca perdebatan childfree. Ini sih terbawa perasaan sebagai pasutri yang masih berjuang mendapat momongan.

    BalasHapus
  20. Childfree sebagai gaya hidup menurutku sih nggak banget, karena salah satu misi kita diturunkan ke dunia juga berketurunan jika tidak ada uzur yang menghalangi. Tapi terhadap pelaku, saya nggak ingin menjuatit, silakan kalau itu pilihannya. Setiap orang punya pilihan hidup. Salam beragama saja tak ada paksaan. Tapi sebagai orangtua, saya akan berusaha menjalankan fungsi keluarga agar anak-anak tak menjadikan childfree sebagai pilihan termasuk menjaga fitrah gender anak-anak.

    BalasHapus
  21. Saya pribadi tidak menganut childfree, tapi saya menghormati keputusan orang yang menjalani childfree, benar kak, itu pilihan masing-masing pasangan.

    Saya merasakan perubahan ke arah lebih baik, menurut saya, sejak melahirkan anak, dari segi cara berpikir dan bertindak, memang tidak mudah menjadi orang tua, tapi kita diberikan kekuatan oleh Tuhan untuk terus menjalaninya.
    Diberikan kesempatan dan kemampuan untuk memiliki anak, adalah sebuah anugerah dari Tuhan.

    BalasHapus
  22. Kalau soal childfree ada pro kontra ya dimasyarakat.. agak ngeri sih misal orang-orang memilih childfree tetapi tidak memahami konsep ini secara penuh, takutnya mereka cuma ikut2an aja, sejenis ikut trend gitu

    BalasHapus
  23. Sebenarnya konsep ini sudah lama meski istilah childfree sendiri baru viral belakangan.
    Ada satu tokoh feminis di tahun 90an sudah mengatakan bahkan tidak ingin menikah. Tapi akhirnya beliau menikah dan punya anak juga.
    Tidak bisa dipungkiri, naluri keibuan pasti akan muncul.

    BalasHapus
  24. Ternyata seperti ini kalau pandangan childfree dilihat dari kacamata sosiologi. Secara sosial memang agak sulit diterima ya. Tapi yaa menurut saya, orang yg udah menikah lalu memilih ga punya anak juga tetep tergantung takdir dikasihnya gimana sama Tuhan. Karena tidak ada satupun alat yang bener-bener bisa mencegah kehamilan. Kalau Tuhan berkehendak, manusia gak bisa mencegah :')

    BalasHapus