Cinta dan Sahabat (Part II)

Konten [Tampil]

Part II

Sahabat Sosiologi yang kemaren pengen tahu kelanjutan cerita dari Sakura yang berjudul “Cinta dan Sahabat”, kali ini akan saya ceritakan kelanjutan dari cerita tersebut. Tentu Sahabat Sosiologi penasaran kan ? seperti apa ending dari ceritanya ? Dari pada bertanya-tanya, lebih baik simak lanjutan ceritanya berikut ini.  


Cerita Sebelumnya…

Sebulan setelah Aku, Bintang dan Mahaputra lulus dari sekolah dan melanjutkan kuliah di tiga perguruan tinggi yang berbeda, hati dan pikiranku selalu saja memikirkan mereka. Saking terus menerus memikirkan mereka, sampai-sampai mereka masuk ke dalam mimpiku.

Kerinduanku kepada mereka berdua akhirnya terobati dengan kiriman surat yang mereka kirim kepadaku. Lebih senangnya lagi, bukan hanya kiriman surat saja, mereka berdua juga ngirim buku novel dengan judul yang berbeda, keduanya seperti sudah tahu kalau aku suka sekali baca novel.

Namun, isi surat mereka berdua membuat Aku berada pada situasi yang dilema. Kedua surat itu untaian isi hati mereka berdua, yang keduanya punya keinginan yang sama yakni ingin mengganti kata sahabat menjadi kata cinta.

4 Tahun Kemudian …

Tidak terasa 4 tahun berlalu. Aku, Bintang dan Mahaputra tidak pernah berkomunikasi langsung sejak kami bertiga lulus dari sekolah. Komunikasi terakhir yang terjalin hanyalah kata-kata dalam surat yang mereka kirim waktu itu, itupun tidak pernah kubalas, karena mereka berdua tidak meninggalkan alamat dalam suratnya.

Keinginanku untuk bertemu dengan mereka berdua sepertinya akan terwujud, karena kabarnya akan ada acara “Tepang Sono” alias reunian. Tentu saja kabar ini menjadi kabar yang bahagia buat Aku, dan saya berharap kedua temanku, Bintang dan Mahaputra, bisa datang di acara reunian itu.

Aku senang dengan kabar akan adanya acara reuni itu, tapi sekaligus juga bingung. Karena mereka berdua pasti menanyakan sikapku tentang isi surat yang mereka kirimkan. Jujur Aku sendiri belum punya jawaban untuk menanggapi isi surat itu.

Reuni yang Ditunggu-tunggu

Acara reunian yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba juga. Aku datang lebih awal ke tempat acara itu, yang kebetulan acaranya dilasanakan di sekolah. Sebuah banner yang bertuliskan “Selamat Datang” terpasang di depan gerbang sekolah, sebagai tanda kalau di sekolah itu ada acara reuni.

Akupun masuk ke dalam, dan di sana sudah ada beberapa temanku, ada yang kukenal ada juga yang tidak. Sambil menunggu acara dimulai, Aku berjalan dan berkeliling sekolah, hanya untuk sekedar mengingat cerita 4 tahun yang lalu. Meski hanya punya cerita 1 tahun, namun cerita yang dibangun itu punya kenangan yang berarti buatku.

Akhirnya Aku berhenti di depan kelas, yang tiada lain kelas di mana Aku belajara waktu itu. Dari balik jendela, Aku teringat kepada Mahaputra yang duduk di bangku paling depan. Dengan senyuman khasnya, Ia mempersilahkan Aku untuk duduk di bangkunya. “Ah,…”, ucapku dalam hati. 


Setelah lama Aku berkeliling sekolah, akhirnya acarapun dimulai. Tapi Aku belum fokus dan sedikit belum tenang, karena kedua temanku, Bintang dan Mahaputra belum terlihat batang hidungnya. Kedua mataku masih serius mencari mereka berdua di tengah-tengah kerumunan para alumni. Saat Aku terus mencari keberadaan mereka berdua, tiba-tiba ada seseorang yang bikin Aku kaget yang datang dari arah belakangku, sambil menyebut namaku.

“Assalamualikum, Sakura “, kata orang dibelakangku

“Waa…laikuum… salam”, jawabku dengan raut muka yang kaget

Ternyata yang mengucapkan salam itu adalah Bintang

“Bintang ….!”, Apa kabar ?”, tanyaku

“Alhamdulilah, kamu sendiri gimana ?, Jawabnya

“Alhamdulilah Aku juga fine”, ucapku pada Bintang.

Lalu tiba-tiba, Bintang dari balik punggungnya mengeluarkan sesuatu dan memberikannya kepadaku. Lagi-lagi buku novel ia berikan kepadaku. Dan sesuatu yang kutakutkan itu benar-benar terjadi, Bintang seperti menunggu jawabanku atas surat yang Ia kirimkan beberapa tahun yang lalu.

“Mudah-mudahan kamu suka dengan hadiah ini”, ucap Bintang sambil nyerahin buku novel itu kepadaku

“Insyaallah, terima kasih, Tang”, jawabku dengan singkat.

Saat menerima buku itu dari Bintang, mataku masih bolak balik melihat ke kerumunan para alumni. Aku masih belum melihat di mana Mahaputra berada. Karena melihat mataku seperti sedang mencari Mahaputra, Akhirnya Bintang bertanya padaku.

“Kamu pasti sedang mencari, Mahaputra yah?”, tanya Bintang

“Iya …kemana yah, Dia?”, jawabku.

“Oh iya, Sa, Mahaputra tidak bisa datang. Ia titip salam buat kamu.”kata Bintang

“Oh gitu,…sayang yah kita nggak bisa ketemu bareng”, ucapku

Jam dinding menunjukkan pukul tiga sore, acara reunian pun berakhir dengan berkesan. Semua alumni melakukan foto bersama, ada juga yang swafoto. Semua peserta terlihat sangat bahagia, karena setelah 4 tahun berpisah akhirnya bisa bertemu kembali.

Sekolah yang asalnya ramai dengan para peserta reuni, perlahan-lahan berubah sunyi karena seluruh peserta sudah mulai meninggalkan tempat acara. Begitupun aku dan Bintang yang juga sama-sama akan segera meninggalkan tempat acara. Namun, aku menyempatkan dulu untuk duduk di kursi tembok, tepat di bawah pohon beringin besar yang tumbuh di halaman sekolah.

Di tempat itulah kami bertiga pernah duduk bareng, bercanda, dan ketawa. Di saat Aku mau beranjak pulang, tiba-tiba Bintang menghampiriku dan berdiri tempat di sampingku. Tanpa diminta, sambil memegang buku novel yang Ia berikan padaku 4 tahun yang lalu, Ia mengucapkan sesuatu yang membuatku diam tanpa kata-kata.

“Sa, buku novel ini pernah saya berikan ke kamu 4 tahun yang lalu. Saya tahu kamu pasti paham, dan hari ini saya menunggu jawaban kamu”, ucap Bintang

Aku hanya menatap ke depan, dan tidak berani melihat wajahnya Bintang. Perkataan itu benar-benar membuatku berada pada posisi yang sulit. Lama kami berdua berdiri, sementara matahari mulai terbenam, di tempat acarapun hanya terdengar suara dari para panitia. Akupun memberanikan diri untuk menanggapi apa yang diucapkan oleh Bintang.

“Bintang, sebelum Aku jawab, ada satu pertanyaan buat kamu. Dan pertanyaan itu adalah apakah kamu lebih memilih cinta atau persahabatan?”. Kataku pada Bintang.

Bintangpun langsung menjawab, “Aku tahu maksud dari pertanyaan itu. Sebelum hari ini Aku menyampaikan isi hatiku pada kamu, Aku lebih dulu menyampaikan niat ini kepada Mahaputra. Dan Mahaputra pun tidak keberatan karena Ia memandang kamu tidak lebih dari seorang sahabat”.

Mendengar ucapan Bintang, Aku semakin sesek, karena sepertinya Bintang tidak tahu kalau Mahaputra pun mengirimkan surat yang sama, bahkan isinya pun sama. 


Matahari benar-benar sudah terbenam, dan suara adzan magrib pun telah kami dengar, kami berdua mengakhiri percakapan kami dan meninggalkan tempat menuju arah yang yang berbeda.

Bersambung ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar