Setiap film yang ditayangkan sudah pasti ada pesan yang ingin disampaikan kepada orang-orang yang menontonnya. Begitu juga dengan film garapan sutradara ternama, Hanung Bramantyo, Miracle In The Cell No 7, versi Indonesia, yang dirilis di bulan September 2022 ini.
Bagi saya, film yang dibintangi oleh aktor Vino G. Bastian ini, benar- benar film yang menyuguhkan semua adegan, mulai adegan lucu, tegang, terharu bahkan sampai adegan sedih, yang memaksa para penonton meneteskan air mata. Dan film ini juga layak ditonton oleh semua golongan usia.
Selain banyak pesan moral, menurut saya film ini juga memiliki sisi atau sudut pandang pelajaran sosiologi. Sedikitnya ada tiga nilai atau pelajaran sosiologi dalam film yang juga dibintangi aktor senior, Indro Warkop ini.
Penanaman Nilai Sejak Dini
Nilai sosial adalah nilai yang berlaku di masyarakat mengenai baik buruknya sesuatu. Bisa juga dikatakan sebagai standar budaya yang menunjukkan kebaikan dan diinginkan oleh masyarakat untuk kehidupan sosial yang terstruktur.
Nilai ini harus mulai ditanamkan sejak dini, sejak proses sosialisasi pertama (Prepatory stage) dilalui oleh seorang anak. Agar nilai nilai tersebut menginternalisasi ke dalam diri setiap anak, sehingga saat berada pada fase selanjutnya--play stage, game stage, generalized other--nilai-nilai yang telah dikenalkan masa kecil tadi akan terus diingat dan tentunya akan diterapkan dalam pergaulannya.
Dalam film Miracle In The Cell No 7 benar-benar sangat terlihat bagaimana seorang Dodo Rozak menanamkan nilai-nilai baik kepada Kartika anaknya, meski anak itu harus melalui fase kehidupan berikutnya namun nilai-nilai yang telah diajarkan bapaknya tidak pernah lupa untuk dijalankan.
Berikut nilai-nilai yang diajarkan seorang Dodo Rojak kepada anaknya Kartika dalam bentuk adegan atau dialog dalam film tersebut : jangan lupa rajin belajar, jangan lupa makan, dan harus berbuat baik meski orang lain tak berbuat baik kepada kita.
Proses Sosialisasi Primer Berjalan Baik
Dalam film yang banyak diperankan oleh para komika tersebut, kita bisa melihat bagaimana seorang Kartika bisa hidup tanpa kekurangan, padahal ayahnya, Dodo Rozak, memiliki kekurangan. Artinya ada proses sosialisasi Primer atau proses di keluarga yang berjalan baik. Seorang Kartika tidak punya rasa malu dan minder ketika ayahnya punya kekurangan secara mental. Justru, Ika, panggilan kesayangannya Dodo Rozak ini, memiliki karakter dan kepribadian yang kuat.
Dalam teorinya, ketika proses sosialisasi anak dijalankan secara sempurna maka sudah pasti kepribadian seorang anak tersebut akan baik pula. Ini artinya kepribadian seseorang akan ditentukan bagaimana ia menjalankan proses sosialisasi primernya. Dalam film itu kita bisa melihat bagaimana peran seorang ayah benar-benar dijalankan secara baik, karena bagaimanapun juga kehadiran seorang ayah sangat diperlukan dalam pembentukan karakter seorang anak.
Terjadi Proses Konflik yang Positif
Dalam setiap kehidupan di masyarakat kita tidak akan lepas dari yang namanya konflik. Begitu juga dalam film Miracle In the cell no 7 ini banyak sekali adegan-adegan konflik yang diperlihatkan terutama di dalam penjara.
Konflik merupakan salah satu bentuk interaksi dan tak perlu diingkari keberadaannya. Bagaimanapun, konflik antarkelompok maupun intrakelompok, senantiasa akan selalu ada di tempat orang hidup bersama.
Dalam literatur ilmu sosiologi, konflik juga menjadi unsur interaksi yang penting, dan sama sekali tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau memecah belah ataupun merusak. Konflik bisa saja menyumbang banyak kepada kelesatarian kelompok dan mempererat hubungan antar anggotanya, seperti dalam menghadapi musuh bersama, menghasilkan solidaritas dan keterlibatan, dan membuat orang lupa akan perselisihan internal mereka sendiri.
Dalam film Miracle In The Cell No. 7 versi Indonesia, bagaimana kita diperlihatkan adegan konflik yang bersifat positif. Seperti adegan Kartika yang diselundupkan oleh teman Dodo Rozak di penjara, mereka berani mengambil resiko hanya karena solidaritas padahal asalnya mereka bermusuhan. Begitu juga dengan geng Japra dengan geng lainnya di penjara, akhirnya bahu-membahu membantu Dodo Rozak untuk kabur dari penjara, padahal sebelumnya mereka bermusuhan.
Karena fungsi positif dari konflik itu selain yang disebutkan di atas, ada juga fungsi positif dari konflik adalah menyadarkan setiap orang bahwa konflik itu kurang baik dilakukan, akhirnya kekuatan solidaritas internal dan integrasi kelompok dalam (in group) akan bertambah tinggi apabila tingkat permusuhan atau suatu konflik dengan kelompok luar bertambah besar.
Si Om udah nonton aja.. Seru kayanya film ini, ya. Jadi pengen nonton juga, tapi agak kerepotan bawa krucil 4
BalasHapus