Menunggu di depan Depo Farmasi memang tidak secapek nunggu seseorang yang kita sayangi. Tapi tetep aja sih capek menunggu. Ya begitulah layanan kesehatan yang ada di negeri yang katanya negeri yang gemah ripah loh jinawi. Mau tidak mau, saya harus bisa nerima keadaan seperti itu, yah kayak Siti Nurbaya yang dipaksa kawin sama Datuk Maringgi.
![]() |
by : canva_ai |
Tapi rasa capek itu tiba-tiba hilang, ketika pikiranku inget anak didikku yang sebentar lagi akan segera merubah statusnya, maaf yah jangan salah sangka dulu, status disini adalah status menjadi alumni bukan status udah nikah apalagi status digantung.
Sambil nyeruput kopi hitam yang nggak diaduk, saya ngomong didalam hati, tapi nggak kayak di sinetron atau film, suara hatinya suka terdengar. "Anak ini akhirnya mau lulus juga, padahal anak ini sejak diwawancara saat tes masuk, raut mukanya nggak berekspresi seperti mau dapet hadiah alias keliatan pengen nangis, "
Anak Ini sempet mau keluar ketika di akhir kelas 10, satu kata dalam otaknya, hanya pengen PINDAH. Itulah kira-kira tuntutannya yang ia sampaikan ke saya selaku guru BK nya. Bahkan cara dia menuntutnya mampu mengalahkan demo para unjukrasa di gedung DPR. Agar lebih mirip drakor, mintanya pake nangis-nangis segala.
Setiap kali ketemu di sekolah, saya selalu ngasih semangat, nasehat atau hanya sekedar ngasih saran, agar si anak ini mau tetep menyelesaikan sekolahnya di sekolah tercinta MA Raudlotul Ulum Kadudampit. Meski pada akhirnya selalu diakhiri dengan adegan nangis, tapi nangisnya cantik kok, nggak kayak nangisnya anak SD yang guling-guling di tanah sampai celananya melorot.
Dari hasil konseling, anak ini memang punya tantangan dalam dirinya yang setiap hari harus ia lawan. Mulai jauh dari orang tua, dipaksa harus mandiri meski tidak seperti kerja rodi, masih punya sifat egois, jarang diberi apresiasi, sampai harus menghadapi orang tua yang strict parents, maklum kadang-kadang orang tua sekarang tuntutannya melebihi tuntutan jaksa kepada terdakwa.
Tapi alhamdulillah, sebelum dia lulus, terakhir saya ngobrol, semua tantangannya sudah dilewati, baik tikungan biasa, tikungan berbelok, tanjakan sampai turunan ia kalahkan. Pokoknya pembalap sekelas Rossi yang juara MotoGP pun nggak ada lawan. Intinya ia sudah memahami dirinya, menerima kemampuan yang dimilkinya, berdamai dengan orang-orang terkasihnya.
Selamat yah, semoga kamu terus berproses menuju ke arah yang lebih baik. Terimakasih sudah memberikan pelajaran terbaik buat saya selaku gurunya. Karena dari kisah kamu, saya belajar bahwa seberat apapun jalannya, jika kita mau berjuang, akhirnya sampai juga pada titik tujuan, meski harus setiap saat menghapus air mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar