Bagi saya Idul Adha tahun ini agak spesial, kenapa? Yah, karena lengkap sudah kegembiraan saya dalam menyambut Idul Adha tahun ini. Selain bisa takbiran di malam harinya, tetapi di saat yang bersamaan saya juga bisa menyaksikan pertandingan sepak bola antara Timnas Indonesia melawan Timnas China. Bahkan kebahagian saya semakin bertambah, ketika Timnas kita mampu mengalahkan Tim sepak bola yang berasal dari negara yang dikenal dengan rajanya ekonomi dunia. Mungkin kalau soal pertumbuhan ekonomi sudah pasti kita kalah jauh, tapi kalau soal sepak bola, bolehlah kita berani bersaing.
Gimana nggak seneng coba, malam sebelum takbiran kita nyaksiin Jay Idzes dkk menang lawan Timnas China, terus dilanjutin takbiran bersama, paginya sholat Idul Adha, lalu kemudian kita nyate bareng-bareng. Auuuu, begitu kira kira kata Valentino, presenter salah satu TV Swasta di Indonesia. Atau Ahaayyyy, kalimat yang sering keluar dari mulutnya presenter bola saat memandu pertandingan live sepakbola.
Menurut saya, makna luasnya Idul Adha itu identik dengan rela dan ikhlas berkorban. Kalau kata guru ngaji saya mah, bukan darah dan dagingnya yang nyampe itu, tetapi ketakwaan orang yang berkurban yang di dalamnya ada keikhlasan yang nyampe kepada Allah Swt. Mungkin kasarnya, percuma kita kurban sapi atau kambing, tetapi niatnya pengen dipuji. Masih mending yah "fomo berkurban", daripada pura-pura tidak mampu berkurban. Tapi jauh lebih baik, berkurban tapi ikhlas melakukannya. Kalau saya salah, boleh dikritik yah.. piisss
Lalu kalau kita belum mampu buat berkurban, terus harus gimana gaiss? Lagi-lagi saya akan ngeliatnya dari sudut pandang yang luas, dan saya akan coba ajak kalian untuk mendengar cerita-cerita anak didik saya, yang menurut saya kisahnya ini banyak mengandung makna berkurban secara luas.
Perlu pembaca ketahui, anak-anak yang masuk ke MA Raudlotul Ulum itu tidak semuanya merupakan pilihan pertama. Ada yang masuk ke MA Raudlotul Ulum itu karena pilihan kedua atau ketiga, yah mungkin terpaksa atau dipaksa. Mereka dipaksa harus berada di tempat yang tidak mereka sukai hampir 3 tahun lamanya, tetapi mereka mampu melewatinya dan sekarang dinyatakan lulus. Bisa dibayangin gaiss, bagaimana perjuangan mereka untuk bisa melawan musuhnya dan musuhnya itu salah satunya adalah dirinya sendiri. Menurut saya ini adalah pengorbanan yang makna spiritnya sama dengan berkurban.
Cerita berikutnya, sebagian besar anak yang masuk ke MA Raudlotul Ulum itu tidak berangkat dari keluarga yang beruntung. Mereka masuk dan belajar dengan modal materi dan mental seadanya. Tetapi semua keterbatasan itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus belajar hingga selesai dan dinyatakan lulus. Woww, bukankah ini juga bisa dikatakan sebagai makna berkurban secara luas?
Dua cerita tadi menurut saya memiliki makna semangat berkurban yang dilihat dari sudut pandang yang lain. Anak hebat, kamu telah mampu berkurban dengan cara yang berbeda. Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar