Bahagia apalagi yang akan kalian dustakan? Begitu kira-kira kalimat yang mungkin diucapkan oleh para fans Paris Saint Germaine atau yang lebih dikenal dengan sebutan PSG, yang baru saja dinobatkan sebagai Jawara di Benua Biru, Eropa, setelah membantai,, (serem amat yah kalimatnya) Inter Milan dengan skor 5-0 pada Final Liga Champions 2024. "Hidupku jadi lebih bahagia sejak Engkau pergi menghinatiku", kata fans PSG ke Kylian Mbappe. Ha ha
Lupakan PSG yang berhasil mengangkat Tropi Si Kuping Besar tahun ini, kita tengok masyarakat Sukabumi (mungkin nggak semuanya sih) yang lagi uring-uringan kayak anak kecil yang minta dibeliin permen,, he he,, karena tahun ini ada pembatasan bahkan pelarangan buat ngadain acara samenan yang didalamnya ada pementasan drumband yang disertai dengan arak-arakan pawai atau karnaval.
Samen teh naon? konteks di tempat saya, Samen itu suatu kegiatan akhir tahun sebagai petanda telah berakhirnya semua rangkaian kegiatan di sekolah, mungkin bisa juga disebut kegiatan syukuran akhir tahun. Nah disinilah, nanti ada salah satu kegiatannya yaitu penampilan grup drumband dan arak-arakan pawai atau karnaval ke jalan. Mungkin ramenya mirip-mirip konvoi Persib Bandung saat ngerayain juara Back to Back lah. Hanya saja samen yang diisi oleh pawai drumband kebanyakan samen yang dilaksanakan oleh madrasah, baik madrasah ibtidaiyah maupun madrasah diniyah.
Kita lanjut..yah, sambil nyeruput dulu teh pahit sama makan martabak legend yang ada di Kota Sukabumi yaitu Martabak Manis OIM, martabak yang sering saya bawa saat apel malam minggu ke mantan pacar. he he. The next, kondisi saat ini kegiatan samen di beberapa wilayah dibatasi, tidak "sebebas" sebelum ada surat edaran dari pemerintah.
Sebelum ada surat edaran tentang pembatasan kegiatan samen pun, pro kontra sudah muncul di kalangan masyarakat. Hal ini dipicu karena tidak sedikit akibat dari kegiatan drumband di acara samenan, sering kali terjadi sesuatu yang mengotori khidmatnya acara samenan. Misalnya (kasuistik yah, jangan digeneralisir) terjadi keributan, prilaku mabuk-mabukan, hingga berpenampilan yang kurang etis. Meskipun yang positifnya pun banyak.
Boleh yah ngasih saran? Kalau mengacu pada surat edaran yang disampaikan oleh pihak pemerintah, disclaimer yah ini penafsiran saya, bahwa dalam surat edaran itu nggak ada sama sekali diksi atau kalimat yang menyatakan adanya pembatasan atau pelarangan kegiatan pawai. Di dalam surat itu pemerintah memberikan batasan dalam pelaksanaan kegaitan akhir tahun. Mulai dari kegiatan harus dilaksanakan di tempat dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada, tidak ada iuran yang memberatkan, hingga tidak boleh melakukan prosesi pelepasan siswa mirip-mirip wisuda Perguruan Tinggi. Catat yah, ini penafsiran saya, kalau salah boleh dibetulin. he he.
Terlepas pro-kontra atau adanya surat edaran pemerintah tentang soal kegiatan akhir, saya mau ngasih saran :
Pertama, pemerintah mesti memberikan batas atas mengenai iuran yang boleh dibebankan kepada orang tua siswa. Karena nggak mungkin dong suatu kegiatan tanpa adanya biaya, maka dari itu, pemberlakukan biaya dengan batas atas akan mengurangi sekolah melakukan pungutan diluar nurul,, eh salah,,maksudnya di luar nalar.
Kedua, salah satu yang menjadi alasan dilarangnya pawai drumband ke jalan adalah sering menimbulkan kemacetan. Nah, untuk meminimalisir adanya kemacetan bisa dengan pembatasan jarak pawainya. Dengan adanya pembatasan jarak pawai ini akan mengurangi lama terjadinya kemacetan. Padahal kemacetan bisa saja terjadi tidak hanya pada saat pawai saja, ketika si Komo lewatpun kemacetan bisa terjadi. Atau tiba-tiba Bapak Aing berkunjung ke suatu tempat, kemacetan mungkin saja terjadi, nggak bahaya ta ngomong gitu.. he he.
Ketiga, jumlah grup drumband yang akan tampil perlu juga dibatasi. Emang berapa sih jumlah drumband yang biasa tampil dalam setiap samenan? eh jangan salah loh, ada yang nyampe belasan grup drumband yang dipawaikan. Ini kan luar biasa!! Nah dengan adanya pembatasan jumlah drumband mungkin akan mengurangi juga kemacetan yang terjadi dan mengurangi iuran yang akan dibebankan kepada orang tua.
Keempat, tradisi di tempat saya, pawai yang nggak ada ogoh-ogoh, patung, atau boneka tiruan akan terasa hambar. Oleh karena itu, kalaupun mau membawa, ukuran dari ogoh-ogoh, boneka tiruan dan sejenisnya yang akan dibawa benar-benar harus dibatasi dari segi ukurannya. Jangan sampai, meski benda yang dibikin bagian dari kreativitas, tapi jika mengganggu kepentingan umum karena ukuran hampir sama dengan lebar jalan, tentu ini kurang baik, apalagi menganggu pengguna jalan yang menimbulkan kemacetan.
Kelima, ketika pawai atau saat dilakukan performance di lapangan (saya nenyebutnya atraksi) harus ada pengawalan secara ekstra dari pihak yang berwajib, dan mereka betul-betul harus mengawal dari awal sampai akhir kegiatan. Jangan sampai kayak "Polisi India", datang setelah kejadian, tapi kayaknya di Indonesia mah nggak mungkin ada, inimah di negara Konoha. Dan harus juga ada tindakan preventif dengan mengamankan orang-orang yang diduga mengkonsumsi obat-obatan terlarang, karena yang sering terlibat perkelahian adalah merek mereka yang berada di bawah pengaruh minuman keras dan obat-obatan terlarang.
Itu aja saran saya, mungkin ada saran lain atau kritik. Silahkan tulis di komentar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar