Mengenali Masalah Anak Lewat Home Visit

Konten [Tampil]

Kenali masalah anak melalui home visit

Sebagai seorang tenaga pengajar sudah barang tentu kita memiliki kewajiban untuk mendidik peserta didiknya agar menjadi anak yang berkarakter dan berakhlak mulia, selain memberikan ilmu pengetahuan tentunya. Seorang guru mesti mengetahui sekaligus memahami setiap karakter siswa yang dihadapinya. Perlu diingat bahwa setiap siswa dalam satu kelas, memiliki karakter dan tingkat kompetensi yang berbeda antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya.

Dan semua situasi itu saya rasakan semuanya. Terkadang saya mengalami kesulitan ketika harus menyampaikan materi, sementara tidak semua peserta didik siap menerima apa yang akan saya sampaikan. Banyak masalah anak yang sering saya temukan pada diri peserta didik, baik saat kegiatan di kelas maupun saat di luar sekolah. Misalnya, mulai tidak semangatnya peserta didik mengikuti proses pembelajaran, kesulitan mengikuti materi pembelajaran, malas untuk berangkat sekolah, atau ada juga yang bolos alias kabur saat kegiatan  belajar berlangsung.

Disinilah peran seorang guru dibutuhkan. Ibarat seorang dokter, seorang guru harus mendiagnosa dan menemukan penyebab masalah yang terjadi pada diri setiap peserta didik. Jika diagnosa itu hanya dilakukan di sekolah, dengan keterbatasan waktu yang ada, tentu tidak akan cukup. Maka ada satu upaya yang bisa dilakukan oleh seorang guru untuk mengenali masalah anak lebih dekat lagi, yaitu melalui kegiatan home visit.

Apa itu Home Visit

Home Visit (kunjungan rumah) merupakan upaya untuk mendeteksi yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa melalui kunjungan ke rumahnya. Jadi, home visit atau kunjungan rumah merupakan suatu kunjungan rumah untuk memperoleh informasi secara lebih detail dan kongkrit dengan bantuan informasi dari orang tua atau kelurga terdekat di rumahnya.

Idealnya home visit ini dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling (BK) sebagai tindak lanjut penyelesaian masalah yang dihadapi peserta didik. Namun, saya berpandangan bahwa home visit ini tidak harus oleh guru BK saja yang melakukannya, wali kelas atau guru lainnya bisa juga melakukannya. Apalagi bagi sekolah-sekolah yang peserta didiknya banyak, tentu kalau hanya dilakukan oleh guru BK saja tidak akan mencukupi waktunya.

Tujuan Home Visit

Kunjungan rumah mempunyai dua tujuan, yaitu pertama untuk memperoleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa dan kedua untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan siswa.

Karena terbatasnya waktu di sekolah, sementara banyak informasi yang harus digali dari setiap peserta didik yang dianggap bermasalah, belum lagi ingin mengetahui lebih dalam mengenai keluarganya, maka home visit lah yang paling ideal dilakukan. Karena permalahan yang dihadapi peserta didik, tidak jarang sumber masalahnya ada di lingkungan keluarga. Ingat, home visit merupakan langkah lanjutan setelah permasalahan peserta didik di sekolah dikonseling.

Tiga Komponen Home Visit

Dengan adanya upaya home visit, diharapkan interaksi antara sekolah dengan pihak keluarga peserta didik dapat berjalan sinergis, sehingga permasalah yang dihadapi peserta didik dapat diatasi dengan baik. Ada tiga komponen dalam proses home visit.

tiga komponen home visit
3 Komponen Home Visit

  • Kasus. Home visit difokuskan pada penanganan kasus yang dialami oleh klien (siswa) yang terkait dengan faktor-faktor keluarga.
  • Keluarga. Keluarga yang menjadi fokus home visit atau kunjungan rumah meliputi kondisi-kondisi yang menyangkut orangtua atau wali siswa, anggota keluarga lain, orang-orang yang tinggal dalam lingkungan kelurga yang bersangkutan, kondisi ekonomi dan sosial emosional yang terjadi dalam keluarga.
  • Konselor (pembimbing). Konselor bertindak sebagai perencana, pelaksana dan sekaligus pengguna hasil-hasil kunjungan rumah.

Langkah-langkah Home Visit

Upaya atau kegiatan home visit ini sudah saya jalankan sejak tahun 2012. Saat itu saya pertama kali ditunjuk sebagai wali kelas. Dan sebagai salah satu program yang saya terapkan adalah program home visit. Selama menjadi wali kelas, saya punya target setiap rumah peserta didik diusahakan harus bisa dikunjungi. Dan berikut langkah-langkah yang saya lakukan setiap menjalankan program home visit

langkah-langkah home visit



1. Sebelum (Pra) Home Visi
  • Sebelum melakukan home visit, terlebih dahulu saya mencatat masalah yang dihadapi setiap peserta didik. Informasi awal tentang peserta didik, harus saya dapatkan terlebih dahulu, baik dari wali kelas sebelumnya, atau dari guru BK langsung. Atau wawancara langsung dengan peserta didik, bisa juga kita mendapatkan informasi dari teman kelasnya.
  • Setelah mendapatkan informasi seluruh siswa, kita tentukan peserta didik mana yang terlebih dahulu atau segera harus mendapatkan tindakan lanjutan melalui home visit. Biasanya saya mendahulukan siswa-siswa yang memiliki permasalahan yang sangat seriu
  • Biasanya saya membagi dua kategori home visit. Pertama yang terprogram, artinya setiap peserta didik akan mendapatkan giliran home visit sesuai jadwal yang telah disusun. Kedua home visit incidental, artinya kunjungan ke rumah peserta didik tidak harus menunggu jadwal, tetapi bisa dilakukan secara mendadak. Biasanya untuk kasus-kasus yang terjadi secara tiba-tiba
  • Sebelum berkunjung ke rumah peserta didik. Sebaiknya konfirmasi terlebih dahulu kepada peserta didik tentang waktu kunjungannya. Jangan sampai saat kita berkunjung ke rumahnya, orang tuanya tidak ada di rumah
2. Kunjungan Home Visit
  • Saat berkunjung ke rumah peserta didik, usahakan tidak bersikap seperti mau menginterogasi. Berbincanglah dengan santai dan penuh keakrabatan. Dengan terus mengobrol, secara tidak sadar orang tua peserta didik akan menyampaikan keadaan dan perilaku anak didiknya.
  • Tidak menyampaikan seuatu yang negative tentang anak didiknya kepada orang tuanya selama beraktifitas di sekolah. Karena tujuan kita melakukan home visit adalah untuk menyamakan antara keadaan siswa di sekolah dengan di rumah. Adakah informasi yang bertolak belakang dengan informasi yang sebelumnya sudah didapatkan.
3. Pasca Home Visit
  • Catatan hasil kunjungan rumah (home visit) kemudian dikumpulkan, dipilah, dianalisis, divalidasi dan disinkronkan dengan informasi yang sebelumnya sudah ada. Informasi mana yang valid, dan informasi mana yang kontradiktif dengan info sebelumnya.
  • Kemudian simpulkan hasil verifikasi dan validasi data yang didapatkan dari hasil home visit
  • Terakhir tentukan solusi apa yang paling pas dan tepat untuk penyelesaian kasus yang dihadapi oleh peserta didik.
  • Jika ada informasi yang diinginkan tapi sulit didapatkan, maka saya selalu meminta bantuan pihak lain.

Suka Duka Home Visit

Bagi saya sebagai tenaga pengajar home visit merupakan program wajib yang harus dijalankan. Karena keterbatasan waktu di sekolah, maka melalui home visitlah kita jadi lebih tahu karakter siswa yang mungkin disembunyikan kala berada di kelas.

Namun, dalam perjalanan saya melakukan home visit ke rumah peserta didik, banyak pengalaman yang saya dapatkan, baik suka maupun duka.

Pernah berkunjung ke salah satu siswa, saat tiba di rumahnya, saya kaget karena orang tuanya merupakan tokoh besar di daerahnya, sebut saja seorang ulama. Saya grogi saat berhadapan dengannya, banyak diamnya, tapi justru saya dapat wejangan yang luar biasa dari beliau.

Pernah juga berkunjung ke orang tua peserta didik yang sangat tertutup, seperti menutupi keadaan yang sebenarnya. Terkadang saya melakukan home visitnya tidak cukup satu kali, tapi harus beberapa kali.

Ada juga orang tua yang sangat bahagia ketika saya berkunjung ke rumahnya, saya bak disambut seperti tamu agung. Disediakan makanan dan cemilan dan wajib harus disantap. Bahkan, yang mengejutkan saat pulang saya dibekali hasil berkebun orang tuanya.

suka duka dari home visit


Ada juga orang tua yang sampai menangis  saat dikunjungi oleh saya. Ia beralasan karena baru pertama kali sejak anaknya bersekolah di MTs atau SMP, dikunjungi oleh gurunya. Ia merasa terhormat dikunjungi rumahnya, karena selama ini Ia beranggapan kalau orang miskin jangan harap gurunya mau berkunjung. Saya hapus teori itu.

Yang paling terharu dari kegiatan home visit ini adalah silaturahmi yang tidak pernah berhenti. Saya masih berkunjung ke rumah orang tua siswa, meskipun sudah alumni. Begitupun orang tua yang saya kunjungi tidak pernah lupa dengan wajah saya.

Tapi yang pasti, dengan home visit ini peserta didik merasa dihargai, diperhatikan, dan sangat berefek terhadap psikologisnya. Ada semacam control sosial yang dirasakan oleh peserta didik, anak akan berpikir dua kali saat melakukan tindakan yang kurang baik, ada perasaan “Pak Guru itu sudah tahu orang tua saya”.

Tapi yang pasti, dengan home visit ini peserta didik merasa dihargai, diperhatikan, dan sangat berefek terhadap psikologisnya. Ada semacam control sosial yang dirasakan oleh peserta didik, anak akan berpikir dua kali saat melakukan tindakan yang kurang baik, ada perasaan “Pak Guru itu sudah tahu orang tua saya”

5 komentar:

  1. Judul nya home visit, jadi inget judul film. 🤭

    BalasHapus
  2. Aku juga home visit gak terlalu sering. Pegang kelas atas jadi kadang udah g kuat energy buat home visit. Tapi emang manfaat dan tujuannya bagus banget lho. Kita para guru jadi kenal kondisi anak didik kita.

    Keren pak hamdan...

    BalasHapus
  3. Masyaa Alloh, bangga dan senang banget jika para pengajar banyak yg melakukan home visit seperti ini.. Semoga banyak para guru di berbagai daerah melakukan home visit seperti ini..

    BalasHapus
  4. Pak guru teladan. Home visit betul-betul dibutuhkan siswa.

    BalasHapus
  5. Masya Allah, salut lho pak ada guru yang melakukan home visit ke rumah-rumah muridnya. Lanjutkeun pak

    BalasHapus