Pawang Hujan Mandalika : Kearifan Lokal Yang Harus Dipahami Secara Tepat

Konten [Tampil]

Perhelatan MotoGP Mandalika, Indonesia, resmi telah berakhir. Namun, paska gelaran MotoGP tersebut muncul berbagai kesan yang sulit untuk dilupakan. Dan yang paling menyita perhatian media, baik media di Indonesia sendiri maupun media di luar negeri adalah hadirnya seorang wanita di lintasan balap Mandalika saat turun hujan deras. Wanita yang dimaksud adalah Rara, seorang pawang hujan.

Pawang Hujan Mandalika


Sontak peristiwa itu menimbulkan banyak tanggapan yang beragam dari masyarakat yang melihatnya, ada yang menanggapinya biasa saja, ada yang mengaitkannya dengan agama, ada juga yang menyebutnya dengan kearifan lokal, bahkan ada juga yang melihatnya sebagai peristiwa yang lucu, seperti yang ditunjukkan salah seorang pembalap asal Prancis, Fabio Quartararo, kelucuannya ditunjukkan dengan menirukan gaya Rara, sang pawang, saat melakukan ritualnya.

Sejarah MotoGp di Indonesia

Jika ditelusuri sejarahnya, rupanya Indonesia adalah negara di Asia Tenggara (ASEAN) pertama yang pernah jadi tuan rumah perhelatan MotoGP. Indonesia pernah menggelar balap MotoGP tahun 1996 serta 1997.

Saat itu, gelaran MotoGP diadakan dsirkuit Sentul, Bogor. Pada musim 1996, negara Indonesia terpilih jadi tuan rumah balap MotoGP ke-2 yang digelar dalam 15 seri. Sedangkan pada musim 1997, nrgara Indonesia ditetapkan jadi seri ke-14.

Deretan nama pembalap legendaris MotoGP pada masa itu turut juga mewarnai, beberapa di antaranya yakni Max Biaggi, Mick Doohan, dan Valentino Rossi. Deretan nama tersebut bahkan turut memperindah podium di Sentul.

Pada masa itu, Mick Doohan tercatat sukses mendapat podium tertinggi di kelas 500cc musim 1996. Setahun setelahnya, Max Biaggi juga sukses meraih podium di kelas 250cc. Sedangkan, Valentino Rossi berhasil meraih podium di kelas 125cc.

Rara Sang Pawang Hujan di Mandalika

Gelaran balap MotoGP Mandalika telah menyita banyak orang, mulai dari pejabat, politikus, selebritas, hingga rakyat biasa. Wajar saja karena MotoGp Mandalika diadakan di lintasan sirkuit yang baru saja dibangun. Namun, ada hal yang menarik dalam perhelatan MotoGp Mandalika, yakni munculnya seorang wanita cantik bernama Rara, yang melakukan ritual sebagai pawang hujan.

Rara Istiati Wulandari atau akrab disapa Mbak Rara adalah sosok pawang hujan yang sudah malang melintang di pentas dan acara-acara besar. Dirinya sendiri telah diminta secara khusus oleh pihak penyelenggara, yakni Mandalika Grand Prix Association dan Dorna untuk memastikan tidak turun hujan selama acara berlangsung. Ia lahir pada 22 Oktober 1983 di Papua

Mbak Rara juga sudah disebut merupakan langganan dari event-event besar yang diselenggarakan di Indonesia. Bukan hanya MotoGP Mandalika 2022, ia juga sempat menjadi pawang hujan untuk acara vaksinasi massal, kampanye Presiden Jokowi, hingga upacara pembukaan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang.

Kearifan Lokal Yang Harus Dipahami Secara Tepat

Munculnya Rara, Sang Pawang Hujan di perhelatan balap MotoGp Mandalika telah memunculkan kontroversi. Ada yang menyebutkan sebagai perbuatan musyrik ada juga kelompok yang decak kagum karena itu bagian dari warisan leluhur alias bagian kearifan local.

S. Swarsi menyatakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama, bahkan melembaga.

Baca Juga : Pengertian Kearifan Lokal Menurut Ahli

Jika mengacu pada pengertian di atas maka tidak salah jika ada kelompok yang mengatakan bahwa Pawang Hujan merupakan warisan leluhur yang memiliki nilai yang dianggap baik dan benar, hasil dari turun temurun sehingga melembaga. Namun, jika ada orang yang menyebutkan perbuatan Pawang Hujan merupakan perbuatan yang musyrik, kita wajib menghormatinya.

Tentu saja munculnya pro dan kontra dalam melihat Pawang Hujan sebagai bagian dari kearifan lokal, semuanya tidak terlepas dari latar belakang bangsa Indonesia sendiri yang terkenal sebagai bangsa yang multikultur. Dimana yang namanya budaya leluhur sudah pasti tidak bisa dilepaskan dalam perjalanan sebagian masyarakat Indonesia. 

Akhirnya saya berpendapat bahwa munculnya pawang hujan di balapan MotoGp Mandalika, merupakan warisan leluhur yang dianggap sebagai kearifan lokal, yang secara turun temurun masih dijaga. Perlu pemahaman yang tepat dalam melihat fenomena tersebut. Meskipun sebagian masyarakat banyak yang kurang percaya terhadap hal-hal yang berbau supranatural, karena kita sudah berada di zamannya sain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar