Makna Sosial dalam Ibadah Puasa Ramadhan

Konten [Tampil]

Makna sosial puasa ramadhan


Marhaban ya Ramadhan. Alhamdulillah tahun ini kita kembali dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan. Dan untuk yang ketiga kalinya kita berpuasa dalam suasana covid-19 (corona). 

Salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan oleh seorang muslim dan muslimah adalah ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kewajiban ibadah yang satu ini telah termaktub dalam firman-Nya yaitu surat Al-Baqarah ayat 183. 

Makna sosial puasa ramadhan

Kewajiban melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan termasuk salah satu rukun Islam yang keempat, dengan tujuan akhir dari ibadah ini adalah agar orang-orang yang menjalankannya menjadi orang-orang yang bertaqwa, seperti yang disebutkan diakhir ayatnya. 

Ibadah puasa tidak hanya memiliki nilai spritual saja yaitu hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhannya, tetapi juga  memiliki nilai ibadah sosial yakni hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, ini artinya ibadah puasa Ramadhan memiliki makna sosial yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau sikap dari orang yang menjalankan puasanya. 

Berikut nilai atau makna sosial yang terkandung dalam ibadah puasa Ramadhan

Menguji Ketaatan Terhadap Tuhannya

Ibadah puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi orang-orang yang beriman, kecuali bagi mereka yang memenuhi syarat untuk tidak menjalankan puasa. Orang sakit, orang-orang yang sedang dalam perjalanan tidak memiliki kewajiban untuk berpuasa, hanya saja harus diganti atau diqodo di hari yang lain. 

Melaksanakan ibadah puasa Ramadhan merupakan ujian bagi seorang muslim atau muslimah dalam mentaati perintah Tuhannya. Apakah ia sanggup menjalankannya ataukah sebaliknya justru tidak mengindahkan perintah-Nya. 

Ada nilai dan norma agama dalam ibadah puasa Ramadhan. Sebagai seorang individu yang hidup  di lingkungan masyarakat, mau tidak mau dalam menjalani kehidupannya tidak bisa dilepaskan dari yang namanya nilai dan norma yang ada di masyarakat itu sendiri. 

Nilai dan norma agama yang dijalankan oleh seorang individu yang berstatus sebagai seorang muslim atau muslimah tentu saja sumbernya berasal dari firman Allah dan hadis nabi. Kedua sumber ini harus menjadi panduan bagi individu dalam menjalankan kehidupan religiusnya. 

Ketika seorang individu mampu menjalankan apa yang diperintahkan dalam al-quran dan hadis nabi, maka individu tersebut bisa dibilang sudah taat menjalankan perintahnya dan berhak mendapatkan pahala. Namun, jika seorang individu meninggalkan apa yang menjadi kewajibannnya, tentu saja ia bisa dibilang telah berprilaku menyimpang dan pastinya akan berdosa. 

Tidak sampai disitu, ketaatan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan juga harus diwujudkan dalam perilaku keseharian sosialnya, misalnya menjaga lisanya dalam berucap, menghormati orang yang tidak berpuasa, dan mampu mengendalikan hawa nafsunya

Mengajarkan Sikap Simpati dan Empati

Makna atau nilai sosial lain dari ibadah puasa Ramadhan ini adalah mengajarkan kepada individu yang menjalankannya agar memiliki sikap simpati dan empati terhadap individu lainnya. 

Puasa itu sendiri secara harfiah adalah menahan dari lapar dan dahaga. Sementara secara istilah puasa adalah menahan lapar dan dahaga serta dari hal-hal yang membatalkan puasa, yang dimulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. 

Pada saat menahan lapar dan dahaga inilah ada makna atau sikap sosial yang harus dirasakan oleh seorang individu yang menjalankan puasa. Mungkin ketika hari-hari biasa kita jarang memiliki rasa respek berupa sikap simpati dan empati kepada orang-orang yang susah dalam mencari makan, maka di bulan puasa ramadhan inilah kita bisa merasakan ternyata beginilah rasanya kalau kita sedang lapar dan dahaga. 

Kita mesti membayangkan bagaimana rasanya kalau kita ada pada posisi mereka, susah makan dan minum. Maka puasa ini bisa mengajarkan kita agar memiliki sikap empati dengan cara memberikan sebagian harta yang kita miliki kepada mereka yang kesusahan dan membutuhkan. 

Intinya puasa Ramadhan bisa dijadikan sebagai latihan buat kita agar selalu memiliki sikap simpati dan empati terhadap sesama. Ibadah puasa mengarahkan kita untuk merasakan kondisi orang lain agar kita memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap penderitaan orang lain. Dalam rezeki yang diberikan Allah SWT kepada kita ada hak orang lain yang harus kita keluarkan. Kita bisa memberikan bantuan dalam bentuk uang, makanan, atau pakaian kepada orang lain.

Kesimpulan 

Ibadah puasa Ramadhan merupakan ibadah yang memiliki dua dimensi. Pertama dimensi spritual yakni dimensi vertikal, di mana seorang hamba memiliki hubungan yang erat langsung terhadap Tuhannya. Kedua, dimensi sosial yakni hubungan seorang individu yang satu dengan individu lainnya. 

Kedua dimensi itu memiliki hubungan yang erat dan memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Karena dalam ibadah puasa, bukan hanya melaksanakan kewajiban untuk menjalankannya, tetapi wujud aplikasi dari ibadah puasa tersebut ada nilai sosial yang harus dituangkan dalam perilaku sehari-hari. 

Semoga ibadah puasa Ramadhan tahun ini diberi kelancaran dan kesehatan oleh Allah SWT, serta kita yang menjalaninya mendapatkan gelar sebagai orang-orang yang bertakwa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar