Awas ! Ini Dia Dampak Mengajarkan Calistung pada Anak Usia Dini

Konten [Tampil]

Masih terjadi perdebatan dikalangan pemerhati dan praktisi pendidikan terhadap isu mengajarkan baca, tulis dan hitung atau Calistung pada anak usia dini. Ada yang langsung berpendapat bahwa mengajarkan Calistung pada anak usia dini tidak diperbolehkan. Namun, ada juga yang beranggapan bahwa mengajarkan Calistung pada anak bagian dari pra literasi, maka boleh diajarkan.

dampak Calistung untuk anak


Adanya miskonsepsi terhadap Calistung ini berdampak pada terjadinya polarisasi di masyarakat. Pertama ada masyarakat yang masih beranggapan bahwa anaknya harus sudah bisa Calistung di usia dini, dengan harapan bisa diterima di sekolah favorit. Kedua, masyarakat yang beranggapan bahwa anak usia dini tidak harus bisa langsung Calistung, karena masa anak usia dini adalah masa bermain, kalaupun ada pengajaran Calistung maka itupun diajarkan dengan cara bermain.

Miskonsepsi Calistung

Untuk mengakhiri miskonsepsi tentang Calistung ini, pada tanggal 28 Maret 2023, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan. Kebijakan tersebut digulirkan guna mengakhiri miskonsepsi tentang baca, tulis, hitung (calistung) pada PAUD dan SD/MI/sederajat kelas awal (kelas 1 dan 2) yang masih sangat kuat di masyarakat.

4 Fokus Pemerintah dalam Miskonsepsi Calistung

Pertama, transisi PAUD ke SD perlu berjalan dengan mulus. Proses belajar mengajar di PAUD dan SD/MI/sederajat kelas awal harus selaras dan berkesinambungan.

Kedua, setiap anak memiliki hak untuk dibina agar kemampuan yang diperoleh tidak hanya kemampuan kognitif, tetapi juga kemampuan fondasi yang holistik.

Ketiga adalah terkait kemampuan dasar literasi dan numerasi harus dibangun mulai dari PAUD secara bertahap dan dengan cara yang menyenangkan.

Keempat, “siap sekolah” merupakan proses yang perlu dihargai oleh satuan pendidikan dan orang tua yang bijak. Setiap anak memiliki kemampuan, karakter, dan kesiapan masing-masing saat memasuki jenjang SD, sehingga tidak dapat disamaratakan dengan standar atau label-label tertentu.

Dampak Mengajarkan Calistung Pada Anak Usia Dini

Menurut Psikolog Anak, Efnie Indrianie, seperti yang dikutip pada laman digitalmama.id, mengungkapkan, jika dilihat dari tahapan kematangan fungsi kerja otak berdasarkan studi neuroscience, maka ada rambu-rambu yang sebaiknya diperhatikan. Usia 4-6 tahun disebut dengan tahapan pra-calistung.

Pada tahap ini maka skill yang siap dikembangkan pada anak adalah mengenal dan menulis huruf dan angka. Mengenal kosa kata dan belajar menuliskannya, lalu berhitung sederhana, misalnya berapa jumlah benda.

Efnie mengatakan, saat anak memasuki usia 6 tahun, anak bisa dilatih dengan skill yang lebih dalam calistung. Misalnya membaca, menulis kalimat yang terdiri atas minimal 2 kata, berhitung (menjumlah dan mengurang), dan memahami inti kalimat sederhana.

Dampaknya jika anak dipaksa untuk belajar calistung, kata Efnie, akan memaksakan fungsi kerja otak yang belum matang (di bawah 6 tahun). Ini bisa membuat orangtua dan anak sama-sama mengalami frustrasi. Hasilnya bisa tidak maksimal karena fungsi kerja otaknya belum siap.

Meskipun, ada beberapa anak yang siap, namun sebagian besar belum terlalu siap. Jika dipaksakan, bukan skill calistung yang meningkat namun justru hanya akan memancing hormon stres pada anak. Dalam kondisi stres, maka fungsi kemampuan berpikir anak akan mengalami penurunan.

1 komentar: